Rabu, 26 Februari 2014

tingkatan apresiasi

Nilai estetka siswa akan mempengaruhi kehalusan budinpekerti, tingkah laku, dan perbuatan dalam hidup sehari-hari
Tingkatan apresiai menurut beberapa ahli

 Akhmad (1990: 28-29):

1)  Apresiasi empatik
Apresiasi ini menempatkan tahap ketika seseorang terlibat secara
intelektual (mengenai ilmunya), secara imajinatif (membayangkan), dan
secara emosional (ikut merasakan) karya itu.

2) Apresiasi estetik
Apresiasi ini merupakan tahapan ketika seseorang sudah mampu
membedakan antara karya yang baik dan kurang baik. Di samping itu, dia
juga mengalami keterlibatan kritis.

3) Apresiasi kritik
Apresiasi ini merupakan tahap ketika seseorang karena penguasaannya
terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang berhubungan dengan suatu
karya seni, dapat menjelaskan secara fasih, baik mengenai apresiasinya
maupun mengenai nilai karya tersebut.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa apresiasi
merupakan suatu proses pengenalan sebuah karya sastra sehingga menumbuhkan
perasaan tertarik, berpikiran kritis, menumbuhkan perasaan puas dan akhirnya
dapat menyimpulkan atau memberikan penilaian baik buruknya karya tersebut.

Rusyana (1979: 8-9).
1)  Tingkat pertama
Mampu memperoleh pengalaman yang terkandung pada objek yang
diapresiasi, yaitu mampu melibatkan pikiran, perasaan, dan khayal pada
objek yang diapresiasi,

2)Tingkat kedua

Mampu memeroleh pengalaman yang lebih mendalam, yaitu mampu
melibatkan daya intelektual dengan giat. Dengan menggunakan pengertian
teknis pada bidang yang diperoleh adalah nilai-nilai yang terdapat secara
instrinsik pada bidang yang diapresiasi.

3) Tingkat ketiga
Mampu memeroleh pengalaman yang lebih mendalam dan meluas, yati
dengan berdasarkan pengalaman apresiasi pada tingkat sebelumnya, mampu
melibatkan factor ekstrinsik yang terkait dengan bidang yang diapresiasi.


Natawidjaya [1980: 2]

1. Tingkat pertama, tingkat penikmatan yang bersifat menonton, merasakan senang yang sifatnya sama dengan perasaan saat dipuji atau menerima pemberian yang tak terduga.

2. Tingkat kedua, tingkat penghargaan yang bersifat kepemilikan dan kekaguman akan sesuatu yang dihadapinya.

3. Tingkat ketiga, tingkat pemahaman yang bersifat studi, mencari pengertian sebab-akibat.

4. Tingkat keempat, tingkat penghayatan yaitu meyakini apa dan bagaimana produk karya tersebut.

5. Tingkat kelima, tingkat implikasi yang bersifa marital, memperoleh daya tepat guna, bagaimana dan untuk apa karya itu.

Feldman (1967) dan smith (1967)

A. MENGGAMBARKAN
Mengamati hasil seni dan menggambarkab sifat-sifat tampak seperti warna, garisan,
bentuk, rupa, jalinan dan elemen-elemen gubahan iaitu prinsip dan struktur

B. MENGANALISA

i. Menganalisa perhubungan sifat-sifat tampak seperti unsure-unsur seni, prinsip
dan stuktur
ii. Menganalisa kualiti ekspresif seperti mood dan suasana
iii. Menghauraikan stail sesuatu karya


C. TAFSIRAN

i. Mencari makna-makna yang tedapat pada sifat-sifat tampak seperti subjek,
symbol, unsure-unsur seni, prinsip, strktur, corak dan bahan
ii. Mencari metafora-metafora (ibarat/kiasan) an analogi-analogi (persamaan) untuk
menjelaskan makna tersebut.

D. PENILAIAN

i. Membuat penilaian berdasarkan kepada criteria yang bersesuaian seperti
keaslian, gubahan, teknik dan fungsi
ii. Menilai hasil seni berdasarkan kepada pengertiannya dari segi individu, social,
keaagamaan dan kepercayaan, sejarah serta keseniaannya.


Apresiasi mempunyai tiga tingkatan, yaitu apresiasi empatik, apresiasi estetis, dan apresiasi kritis.
- Apresiasi empatik adalah apresiasi yang hanya menilai baik dan kurang baik hanya berdasarkan pengamatan belaka. Apresiasi atau penilaian ini bias any dilakukan oleh orang awam yang tidak punya pengetahuan dan pengalaman dalam bidang seni.
- Apresiasi estetis adalah apresiasi untuk menilai keindahan suatu karya seni. Apresiasi pada tingkat ini dilakukan seseorang setelah mengamati dan menghayati karya seni secara mendalam.
- Apresiasi kritis adalah apresiasi yang dilakukan secara ilmiah dan sepenuhnya bersifat keilmuan dengan menampilkan data secara tepat, dengan analisis, interpretasi, dan peneilaian yang bertanggung jawab.

menurut Nenden Lilis A (2007),
dalam proses apresiasi puisi seorang pembaca harus:
a) merasakan keterlibatan jiwa dengan puisi yang dibacanya;
b) menghargai kemampuan teknis penyair dalam memberdayakan seluruh unsur
puisi; dan
c) menemukan relevansi puisi tersebut dengan kehidupan.

Tabrani (1998: 20-23)

a. Kejutan (surprise)

Kerjutan akan terjadi ketika kita berhadapan dengan sesuatu karya pada “pandangan pertama” sehingga jatuh cinta. Ini sebagai akibat ciri-kreasi karya yang iseng dan novel.

b. Empati

Dalam apresiasi seni terjadi pula proses empati, yaitu si pengamat turut serta merasakan ungkapan, curahan hati seniman penciptanya. Turut serta merasakan suka duka, pikiran, perasaan, pandangan hidup dan watak yang tercermin dalam karya seni tersebut. Empati merupakan proses intuitif diiringi rasa-indah-estetis (feeling into form) yang berada antara sadar-ambang sadar. Dengan demikian, empati berhubungan dengan estetik dan bentuk.

c. Rasa-Betul-Estetis

Mereka yang terlau rasionil akan mendapat kesulitan mencapai empati, tapi mereka masih dapat mencapai Rasa-Betul-Estetis melalui proses rasionil. Bagi apresiator umum sudah cukup sampai pada Rasa-Betul-Estetis, tapi bagi para mahasiswa seni perlu dilengkapi dengan intuitif dan kreatif.

d. Simpati

Simpati berhubungan dengan etika dan isi pesan/content/fungsi suatu karya. Simpati berarti “feeling with”. Ini merupakan penjabaran intusisi yang sudah mulai merasakan meningkatnya perasan-hanyut. Jika kita merasa simpati pada seseorang maka kita seakan-akan merasakan sendiri apa yang dirasakan oleh orang itu dam jika kita memusatkan diri pada suatu hasil seni, maka kita memproyeksikan diri kita ke dalam bentuk hasil seni itu, dan perasaan kita ditentukan oleh apa yang kita ketemukan di sana, oleh dimensi yang kita dapatkan.

e. Rasa- Benar-Etis

Orang yang terlalu rasional akan mendapat keslitan mencapai simpati, tapi mereka masih dapat mencapai Rasa-Benar-Etis karena etika bisa didekati dengan ilmu pengetahuan. f. Terpesona Umumnya Empati lebih dahlu dari Simpati. Suatu karya mump membawa apresiator menjadi Empati dan Simpati hingga terjadinya integrasi rasa-indah-estetis (feeling into-nya empati) dengan rasa-hanyut (feeling with-nya Simpati) maka karya tersebut akan segera membawa apresiator tersebut mencapai rasa apresiasi terpesona. Transformasi suatu karya yaitu suatu perasaan yang timbul bila berhadapan dengan suatu karya yang integral dan jujur.

f. Terharu

Proses ini terjadi ditandai proses penghayatan yang merupakan peleburan sadar-ambang sadar-tak sadar menjadi satu kesatuan.





Pendekatan Apresiasi Puisi
Pendekatan dalam suatu karya sastra meliputi :
1. Pendekatan mimetik
    Pedekatan mimetik merupakan pendekatan yang menitik beratkan pada pengarang yang menciptakan karya sastra dengan meniru peristiwa yang ada disekitarnya 
2. Pendekatan pragmatik
   Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang menitik beratkan pada karya sastra yang memiliki unsur-unsur tertentu yang diciptakan pengarang untuk mempengaruhi respon pembaca. 
3. Pendekatan ekspresif 
   Pendekatan ekspresif merupakan pendekatan yang menitik beratkan pada pengekspresian luapan perasaan pengarang yang dituangkan dalam karya sastra
4. Pendekatan objektif (Abrams, 1976: 8-29). 
    Pendekatan objektif menitik beratkan pada unsur karya sastra yang diciptakan berdasarkan kenyataan atau realita atau objek tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar